Saturday, April 23, 2011

Cinta Menurut Pandangan Islam


Cinta. Apa itu cinta? Jika kita berbicara tentang cinta, pasti kita tidak terlepas daripada memperkatakan tentang cinta monyet yang menjadi nadi kepada kehidupan muda-mudi masa kini. Malahan kebanyakan cinta seperti ini menjurus kepada pelakunya untuk membuat perkara maksiat tanpa menilai dan memahami erti cinta yang sebenar-benarnya. Cinta bukan sekotor itu.

Apakah maksud atau makna cinta? Cinta sebenarnya merupakan satu fitrah yang ada di dalam hati setiap manusia. Cinta wujud hasil daripada satu perasaan yang halus. Cinta mewujudkan perasaan kasih sayang dan belas kasihan sesama manusia dan makhluk di dunia ini. Tanpa perasaan cinta, seseorang itu akan merasai kekosongan di dalam jiwa mereka.

Cinta yang hanya berpaksikan runtutan fitrah tanpa dicemari oleh hawa syahwat melambangkan kedamaian, keamanan dan ketenangan.

Bagaimanapun, cinta seringkali diperalatkan untuk melepaskan keghairahan nafsu. Maka akan terjadi bermacam perkara yang merosakkan manusia dan membawa kepada kemaksiatan dan kehancuran umat terutama bagi golongan remaja yang terlalu taksub dan asyik dengan cinta tanpa ada penilaian dan pertimbangan akal fikiran yang waras.

Cinta yang hanya berlogikkan nafsu dan syahwat semata-mata hanyalah cinta palsu yang penuh jijik dan hina. Oleh hal yang demikian itu, sebagai remaja, terutamanya remaja mukmin, kita sewajarnya peka terhadap kehadiran cinta di dalam jiwa dengan lebih memahami makna dan erti serta cara yang sesuai untuk menerima dan memberi cinta kepada seseorang. Jangan hanya membuta tuli dan mengikut tuntutan nafsu semata.

Cinta dan permasalahannya telah menjadi perkara serius yang dihadapi oleh umat Islam hari ini. Pertembungan antara cinta hakiki dengan cinta palsu menyebabkan umat Islam menghadapi dilema perasaan yang kronik. Krisis cinta palsu telah menyebabkan umat Islam memusnahkan etika spritual - membunuh solidariti dan menodai sosial sehingga ada yang sanggup membunuh dan membunuh diri akibat daripada tekanan perasaan yang sukar untuk dikawal.

Islam tidak memusuhi cinta. Ini sesuai dengan ciri-ciri Islam sebagai agama yang menepati fitrah manusia. Malah, Islam memandang tinggi persoalan cinta yang tentunya merupakan perasaan dan fitrah yang menjiwai naluri setiap manusia.

Bagaimanapun, cinta di dalam Islam perlulah melalui pelbagai peringkat keutamaannya yang tersendiri seperti:

1. Cinta kepada Allah

Islam meletakkan cinta yang tertinggi dalam kehidupan manusia, iaitu cinta kepada Allah. Tanpa cinta kepada Allah, perlakuan hamba tidak memberi pulangan yang bererti, sedangkan apa yang menjadi tunjang kepada Islam ialah mengenali dan dan mencintai Allah. Dengan cinta akan mendorong manusia untuk mengabdikan diri kepada Allah serta menerbitkan iman yang mantap.

Firman Allah s.w.t:
“... (Walaupun demikian), ada juga di antara manusia yang mengambil selain daripada Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah; sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah...” (Surah Al-Baqarah : 165)

2. Cinta kepada Rasulullah s.a.w. dan Para Anbia´

Ketika manusia berada di dalam kegelapan, maka diutuskan pembawa obor yang begitu terang untuk disuluhkan kepada manusia ke arah jalan kebenaran. Pembawa obor tersebut ialah Rasulullah s.a.w.

Maka, menjadi satu kewajipan kepada setiap yang mengaku dirinya sebagai muslim memberikan cintanya kepada Rasulullah dan para anbia´ dengan mengikut segala sifat yang terpuji.

Kerana perasaan kecintaan inilah, para sahabat sanggup bergadai nyawa dan menjadikan tubuh masing-masing sebagai perisai demi mempertahankan Rasulullah s.a.w dalam usaha Baginda untuk menyebarkan agama Islam.

Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, ada disebut:

“Diriwayatkan daripada Anas r.a, katanya: Nabi s.a.w bersabda: Tiga perkara, jika terdapat di dalam diri seseorang maka dengan perkara itulah dia akan memperoleh kemanisan iman: Seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada selain kedua-duanya, mencintai seorang hanya kerana Allah, tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya daripada kekafiran itu, sebagaimana dia juga tidak suka dicampakkan ke dalam neraka.” (Bukhari: no. 15, Muslim no. 60, Tirmizi: no. 2548, Nasaie: no. 4901)

3. Cinta Sesama Mukmin

Perasaan kasih sayang sesama manusia merupakan tunggak utama untuk menyalurkan konsep persaudaraan. Cinta inilah yang mengajar kita supaya mencintai ibu bapa dan keluarga. Selain daripada cinta kepada kedua-dua ibu bapa, Islam juga meletakkan cinta sesama mukmin sebagai syarat kepada sebuah perkumpulan atau jemaah yang layak bersama Rasulullah s.a.w.

Maksud firman Allah s.w.t:
“... Nabi Muhammad (s.a.w) ialah Rasul Allah; dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan kasihan sesama sendiri (umat Islam)...” (Surah Al-Fath: 29)

Inilah yang telah diajar oleh Islam. Maka masyarakat sejagat, malah umat Islam sendiri dapat melihat bahawa betapa agungnya unsur kasih sayang dan cinta yang terdapat di dalam Islam dan begitu jualah agungnya penjagaan Islam sendiri terhadap umatnya supaya tidak mencemarkan kesucian cinta dengan kekotoran nafsu.

Itulah cinta di dalam Islam. Ia haruslah diasaskan di atas dasar keimanan kepada Allah. Alangkah ruginya cinta yang lari dari landasan iman. Lalu akan hanyutlah jiwa-jiwa yang menyedekahkan dirinya untuk diperlakukan oleh ´syaitan cinta´ sewenangnya-wenangnya.

Sesungguhnya cinta sebelum perkahwinan merupakan cinta palsu walaupun dihiasi dengan rayuan manja kerana itu hanya panggilan ke lembah kebinasaan. Masa muda yang dianugerahkan oleh Allah hanyalah sekali berlaku dalam hidup dan tidak berulang lagi untuk kali kedua atau seterusnya.

Maka dalam meniti usia, remaja perlu berhati-hati dengan mainan perasaan walaupun merupakan perkara yang amat sukar dilakukan, apatah lagi semakin dihambat usikan perasaan, semakin ia datang mencengkam. Itulah azam kita untuk melawan nafsu dan alangkah malunya untuk kita tewas dan kita sendiri merelakan diri dibawa oleh arus yang menghancurkan.

Jangan jadikan diri kita sebagai hamba cinta yang hanya berlandaskan nafsu tanpa pertimbangan akal yang waras. Kita seharusnya mengawal perasaan cinta kerana jika terlalu obses terhadap seseorang, manusia biasanya akan hilang kawalan dan tidak dapat menerima hakikat kehilangan, lantas sanggup melakukan sesuatu yang buruk untuk melepaskan perasaan kecewa seperti pembunuhan kejam terhadap Allahyarham Norzi Ayu Md Nor baru-baru ini serta beberapa contoh yang lain.

PERNIKAHAN TEMPAT BERMUARANYA CINTA


"Tidak terlihat diantara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan" (Sunan Ibnu Majah)

Pernikahan dalam islam merupakan sebuah kewajiban bagi yang mampu.Dan bagi insan manusia yang saling
menyintai pernikahan seharusnyalah menjadi tujuan utama mereka.

Karena itulah percintaan yang tidak mengarah kepada pernikahan bahkan disertai hal-hal yang diharamkan
agama sangat tidak disarankan oleh islam.Cinta dalam pandangan islam bukanlah hanya sebuah ketertarikan
secara fisik , dan bukan pula pembenaran terhadap perilaku yang dilarang agama.Karena hal ini bukanlah
cinta melainkan sebuah lompatan birahi yang besar saja yang akan segera pupus.Karena itu cinta memerlukan
kematangan dan kedewasaan untuk membahagiakan pasangannya bukan menyengsarakannya dan bukan
juga menjerumuskannya ke jurang maksiat.

Percintaan tanpa didasarkan oleh tujuan hendak menikah adalah sebuah perbuatan maksiat yang diharamkan oleh
agama.Karena batas antara cinta dan nafsu birahi pada dua orang manusia yang saling menyintai sangatlah
tipis sehingga pernikahan adalah sebuah obat yang sangat tepat untuk mengobatinya.

Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang menjadikan Allah SWT sebagai pemersatunya.Dan tidak ada yang
melebihi ikatan ini.Dan inilah puncak segala kenikmatan cinta itu dimana kedua orang yang saling menyinta itu
memilih untuk hidup bersama dan saling berjanji untuk saling mengasihi dan berbagi hidup baik suka maupun
duka.

CINTA ADALAH FITRAH YANG SUCI


Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari
fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia , yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai
kematangan pikiran dan fisiknya.


"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri , supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya , dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Ar Rum ayat 21)

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor , karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya.
Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram

Cinta mengandung segala makna kasih sayang , keharmonisan , penghargaan dan kerinduan , disamping mengandung persiapan
untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka , lapang dan sempit.

Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan
puncaknya.Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa
harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik.

Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia.Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta
yang tumbuh pada diri seorang manusia .Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta
itu dijaga , dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya.

Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.